Jumat, 21 Februari 2014

Searching Inspiration


Aku tak tau mengapa setelah membaca novel, ada hasrat untuk memainkan pena atau menggerakkan jari-jariku dengan mengetik suatu kisah. Berlari-lari dengan kalimat dan kata, tak kenal waktu. Ya, aku selalu merasakan ini. Entah ada syaraf apa dalam tubuhku yang mengajakku ikut dalam alunan imajinasi. Biasanya, aku mengerjakannya tanpa pikir panjang. Tak hanya itu, aku dapat menentukan kata-kata yang cocok dalam ceritaku, dengan sangat cepat. Dan aku pikir, aku menyukai kegiatan ini. Kegiatan dimana aku bisa kembali bernostalgia dengan pena dan kertas. Atau dengan keyboard dan layar.
Disaat menuliskan paragraf-paragaf ini pun juga sama. Tulisan ini kubuat setelah aku membaca novel yang baru saja kubeli. Seperti yang kubilang tadi, sangat menyenangkan apabila dapat menyalurkan kata-kata pada sebuah karya. Namun, aku dapat dengan sungguh-sungguh mengerjakan ini hanya karena novel. Aku tak mengerti mengapa sebuah karya indah yang panjang dari seseorang dapat menginspirasiku lebih dari artikel yang hanya secarik. Meskipun artikel itu cukup menarik dalam anggapanku. Mungkin satu per satu kata dalam sebuah novel dapat membujukku untuk kembali menciptakan suatu karya. Dan karena kata-kata dalam novel yang berlembar-lembar itu memang banyak, aku mendapat berjuta-juta bujukan.
Jadi intinya, aku kadang susah menuliskan sesuatu tanpa membaca tulisan orang lain sebelumnya. Dan aku paham, di sela-sela tulisanku, pasti aku menyelipkan kata-kata dari penulis yang karyanya telah kubaca. Itulah mengapa aku sangat mencintai kata-kata. Kita hidup dengan berbicara. Mengucapkan sesuatu untuk dimaknai. Itulah kata-kata. Dengan menulis, kurasa aku dapat menemukan banyak hal. Dan aku akan menceritakannya pada kalian!
Pertama, berbagi. Banyak yang bisa kubagi. Dan banyak pula orang yang mau menerima. Pengalaman, kata-kata yang indah, nasihat, motivasi, bahkan teguran. Semuanya dapat disalurkan lewat satu perantara saja. Tulisan. Berbagi lewat tulisan cukup mudah dan menguntungkan. Banyak yang dapat kita tuliskan yang tidak bisa kita katakan. Banyak yang dapat kita tuliskan yang tidak bisa kita rasakan. Mungkin disaat sedih dan tak ada teman curhat, dengan menuliskan apa yang kita rasakan sudah dapat dibilang cukup membuat hati lega.
Kedua, memperkaya diri. Bukan memperkaya diri dengan harta, tapi lebih dengan memperkaya diri kita akan kata-kata yang belum pernah kita kenal. Bukan hanya dengan membaca kita dapat memperoleh kata-kata baru. Tapi dengan menulis juga. Namun, masih harus diawali dengan membaca. Kadang, disaat kutulis sesuatu, tiba-tiba muncul kata-kata baru yang jarang kugunakan. Dan dengan itu, kita juga dapat mengapresisasi diri sendiri. Untuk apa membaca kalau tidak dimanfaatkan? Karena dengan membaca, otak merekam kata-kata baru yang belum pernah kita ketahui. Dan akhirnya dapat kita buktikan bahwa diri kita juga bisa seperti penulis-penulis handal lainnya yang bisa menuliskan kata-kata indah. Benar, bukan?
Ketiga, teman baru. Seperti yang kukatakan tadi, saat kita tak bisa menceritakan sesuatu pada orang lain, tulislah. Maka semuanya akan terasa lebih baik. Tak usah pikir panjang. Tulis saja apa yang sedang kau rasakan. Belum tentu dengan menceritakan masalahmu kepada temanmu akan membuatmu merasa lebih baik dari menuliskan masalahmu. Mungkin malah temanmu tidak berada di pihakmu. Tapi lain dengan apabila kau menulisnya. Kau tau? Secarik kertas akan menerima apapun yang kamu ingin tuliskan. Entah itu indah, ataupun menyakitkan. Dan secarik kertas juga bisa membuatmu lebih baik dan berasa kamu mendapatkan respon dari secarik kertas. Teman baru juga dapat diartikan dengan artian kita mendapat seorang teman baru. Coba bayangkan. Kau menulis suatu kisah tentang perasaanmu yang sedang buruk. Dan suatu ketika ada orang yang memiliki perasaan yang sama denganmu, membaca tulisanmu. Orang itu bisa jadi akan menghubungimu dan kalian saling bertukar cerita. Dengan itu, kalian bisa menyingkirkan rasa sedih dan mencari solusinya bersama. Jadi gimana, sudah mulai tergerak untuk membuat paragrafmu?
Keempat, ketagihan. Menurut pengalamanku, menulis bukan hal yang susah dan menyenangkan. Jadi mengapa aku ragu untuk mengulang dan berlanjut menciptakan karya-karyaku selanjutnya? Mulailah dari mengkritik sendiri karya pertamamu. Ada beberapa kesalahan dan kata-kata yang tidak pas kau tulis dalam karyamu. Pasti kau ingin membuat yang lebih baik dan berbeda, kan? Nah, dengan itu kau sudah bisa dibilang ketagihan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar