Adin,
itu namaku. Kota Jember ialah kota yang sangat berkesan bagiku. Tepatnya tempat
kelahiranku. Yang biasa kutulis di label TTL (Tempat Tanggal Lahir) pada
biodataku layaknya seperti ini “Jember, 12 Januari 2000”. Aku berasal dari
orang tua yang luar biasa hebat. Tepatnya, anak dari pasangan Zainul Muhibbin
dan Emawati Dini Susanti. Ya, itu nama lengkap orang tuaku. Dibesarkan mulai
dari gendongan Ibu, hingga akhirnya bisa melakukan banyak hal. Menurut cerita
orang tuaku, aku tak memenuhi salah satu hal yang patut dipelajari oleh seorang
bayi atau balita. Yaitu, merangkak. Setelah aku lahir, aku langsung bisa
berjalan dan berbicara. Melompati satu bagian. Ya itu tadi, aku tidak
merangkak. Aku langsung berjalan. Tapi toh ternyata saat aku bertumbuh besar,
akuk bisa merangkak.
Usiaku
semakin beranjak, 2 tahun pada saat itu aku berumur. Mama menghadirkan teman
yang bisa aku ajak bermain kala aku besar nanti. Si kecil, adikku. Dio
namanya. Seorang adik laki-laki yang tak
mudah ditaklukan. Seperti kakak-adik biasanya, pasti kami sering bertengkar dan
beda pendapat. Yang akhirnya juga sering merepotkan orang tua. Tapi terkadang,
kami dapat menciptakan kerukunan yang membuat hati orang tua menjadi tentram.
Melihat kedua anaknya saling rukun dan menyayangi.
Dikala
saat aku menginjak usia yang telah mencukupi untuk masuk di pendidikan Taman
Kanak-Kanak, barulah aku diarahkan oleh orang tuaku. Diarahkan kepada
pendidikan atau sekolah islam. Ya, meskipun meraup biaya yang tak bisa dibilang
murah, orang tuaku tetap mengusahakan semua pendidikan kudapatkan adalah yang
terbaik. Begitu juga adikku. Itulah alasan mengapa aku sangat mencintai orang
tuaku. Karena mereka memberikan yang terbaik untukku dengan selurh pengorbanan
yang harus ditanggung, maka aku juga akan menunjukan bahwa aku juga bisa member
yang terbaik kepada mereka. Dengan cara memanfaatkan ilmu yang telah kudapat
dengan baik dan menyimak setiap butir ilmu yang berguna bagi masa depanku.
Duduk
di bangku sekolah pertama kali, menambah pengalaman baru dalam hidupku. Banyak
yang kurasakan pada kala itu. Minder, malu, dan tidak percaya diri untuk bisa
beradaptasi dan memperoleh banyak teman yang baik. Jadi, aku hanya menikmati
hari-hari di sekolah dengan bertindak seperti biasa. Dan akhirnya, aku bisa
menerima sekolahku dan teman-temanku yang bervariasi. Aku juga dapat memperoleh
banyak teman yang bisa mengerti aku dengan baik. Banyak yang kukenal di
kelasku, tapi entah mengapa aku hanya bisa dekat dengan dua orang. Namanya Hana
dan Aik. Aik, dia juga tetanggaku. Jadi, kami bisa setiap hari bertemu. Di
rumah, maupun di sekolah. Kami bisa disebut sahabat. Yang mudah-mudahan awet
hingga kami dewasa nanti.
Masa
kanak-kanakku berlalu dengan indah. Sekarang, aku hanya sibuk mencari Sekolah
Dasar yang cocok untukku. Dan pastinya islam seperti permintaan orang tuaku.
Aku menemukannya. Kalau masalah teman, aku bisa merelakan semua teman-teman TK
ku pergi berpisah. Tapi, hanya kedua sahabatku yang aku tak bisa rela
meninggalkannya. Aku mantap memilih Sekolah Dasar yang telah kuinginkan.
Akhirnya, aku lulus tes dan diterima di sekolah itu untuk menerima pendidikan
selanjutnya. Ada senang, ada sedih. Hana, masuk ke sekolah yang sama dengan
sekolahku. Tapi Aik, dia memilih sekolah lain yang akhirnya kami bertiga tak
dapat sering bertemu seperti dulu. Tapi, juga ada untungnya Aik menjadi
tetanggaku. Aku bisa saling berkunjung ke rumahnya. Dan aku akan menjelajah
kehidupan baru, di Sekolah Dasar.
Pengalamanku
bertambah banyak. Hari pertama masuk SD, tak minder seperti dulu aku di masa
TK. Karena, aku bisa sebangku dan sudah mengenal Hana. Tapi, aku juga penasaran
dengan teman-temanku yang lain. Aku mulai berkenalan dengan yang lain. Dan di
kelas satu SD, aku memiliki satu sahabat baru lagi, Nindy namanya. Jadi, sekarang
hari-hariku diisi oleh sosok yang ceria seperti Hana dan Nindy. Kedua sahabatku
yang sangat aku sayangi.
Kelas
satu tlah berlalu. Saatnya aku menikmati kehidupanku di kelas dua yang juga tak
lama aku jalani. Akhirnya saat aku duduk di kelas tiga, aku mendapat banyak
pengalaman. Sahabat baru, dan club baru. Aku tergabung dengan club KIA (Karya
Ilmiah Anak) di sekolah. Aku bertemu dengan sosok-sosok hebat yang aku kenal di
kelasku. Dan akhirnya kami berdelapan sering menjalani hari bersama. Dari
adanya club KIA yang mempertemukan kami. Hanya satu yang menarik perhatianku
untuk dijadikan sahabat. Nahdia namanya, jadi kami berempat bersahabat sampai
diujung perjalanan. Kelas enam.
Kelas
enam. Adalah ujung perjalanan kami di SD. Yang pada akhirnya akan dilanjutkan
di jenjang yag lebih tinggi, SMP. Aku masih berkawan baik dengan tiga
sahabatku. Merekalah Nahdia, Hana, dan Nindy. Kelulusan kami berakhir dengan
baik. Dengan hasil yang tentu memuaskan. Dan waktunya kami berpisah menjadi
diri kami sendiri di SMP nanti.
Nahdia
dan Hana harus kulepas dengan berat. Mereka masuk SMP yang berbeda denganku.
Hanya Nindy yang satu sekolah denganku. Aku sedikit lega dan senang karena hal
tersebut. Kami melalui pejalanan di SMP ini dengan lancar. Dengan teman baru,
dan pengalaman berbeda yang pernah kualami. Dan di usiaku yang sekarang ini,
aku menulis biografi diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar