Makan
siang terasa sangat ramai. Holly membuat sesuatu yang kocak. Dia terpeleset
karena menginjak sup tumpah milik Hilter yang belum sempat dibersihkan. Semua
tertawa terbahak-bahak. Dan berhenti. Kecuali…
“HAHAHA!”
suara tawa yang tak asing lagi kudengar. Khas sekali. Sampai-sampai kedua jari
telunjuk yang menutup telinga ini tak lagi bisa menahan suara yang terdengar. Begitu
juga teman-temanku lainnya yang bertepatan bersama kami sekarang.
“Phoe!
Hentikan! Kami tak kuat lagi! Hentikan tertawamu kumohon!” aku yang tak kuat
lagi mendengar suara tawa Phoebe pun berterian keras di samping telinganya.
“HAHAHA!
HAHA! Hh hh..” Phoebe mendesah dan menghentikan tawanya. Entah karena ia lelah
atau karena teriakanku. Aku tak tahu pasti.
Namun,
seperti biasa apabila kami melihat Phoebe menghentikan tawanya, tak beberapa
lama berselang, ia akan kembali meledakkan tawanya. Apakah sekarang ini juga
demikian? Atau dia memang ingin berhenti? Aku menunggu seraya tetap menempelkan
kedua jari telunjuk di telingaku. Berjaga-jaga apabila ia kembali tertawa.
Dan…..
“HAHAHA!
HAHAHA!” dan akhirnya, peristiwa yang sering terjadi, sekarang terjadi lagi
untuk ke seribu kalinya mungkin.
Benar-benar
aneh. Menurutku, manusia teraneh di dunia ini adalah Phoebe. Tak ada yang lain.
Kamu, yang barusaja membaca kisah ini, mungkin sudah paham apa keanehan Phoebe.
Ya, dia hobi tertawa. Mungkin yang ada dipikirannya setiap saat adalah tawa,
tawa, dan tawa. Sekali terjedi kejadian lucu, sekali saja! Dia akan meledakkan
tawanya bak gunung Krakatau yang meledak mengeluarkan magma dan lahar.
Karena
tidak normal seperti orang biasa, tak sedikit yang menjauhi Phoebe. Akan
tetapi, sebagai sahabat karibnya mulai kami berumur 4 tahun, aku, Perrie dan
Danielle tetap menganggap Phoebe adalah orang yang normal-normal saja. Meskipun
menurutku tidak. Kamilah dapat menutupi kegugupannya setiap kali dia dipandang aneh oleh orang lain. Aku
selalu berkata, “Tidak! Kau tidak aneh Phoe. Tertawa itu sehat. Mereka saja
mungkin yang belum pernah merasakan bagaimana asiknya tertawa!”. Hanya
kata-kata itu yang dapat kukeluarkan dari mulutku untuk memendam kegugupan
Phoebe. Begitu juga dengan Perrie dan Danielle. Kami saling support.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar