Sabtu, 10 Agustus 2013

HAHAHA! #Part2

“HAHA! I..iya maaf El, aku mengganggumu. Dan.. kalian tentu saja. Hehe hehe” sambil tertawa nyengir, dia meminta maaf kepadaku dan kami semua yang duduk di sebelahnya.
“Apa kau tidak dapat menahannya, Phoe? Kami merasa sangat terganggu!” dengus Jen.
“Phoe, tertawa boleh. Tapi bisakah kau tertawa hanya dalam waktu yang wajar dan tidak merusak gendang telinga kami?!” ucap Kree yang terlihat sangat terganggu.
“Hey Eleanor! Harusnya kamu bisa melatih sahabatmu ini, agar dia bisa mengkontrol tawanya!” Flow membentakku dan Phoebe, tepat di depan muka kami.
“Ma.. maaf, maaf aku telah mengganggu kalian. I’m sorry, girls. I promise! I’ll laugh enough. Really ..” dengan khawatir diserbu lagi, Phoebe pun gugup dan air matanya hampir jatuh di pipi.
Suasana hening sejenak. Air muka masam Jen dan kawan-kawannya seketika berubah iba. Dan ia memulai mengatakan sesuatu.
“Phoe, kami percaya padamu. Maaf kami telah membentakmu, dan kau El. Tapi kami percaya, kau akan bisa lebih menahan suara tertawamu.” tukas Jen bijak.
“Are you sure?”
“Not us. But your soul, Eleanor, Perrie, and Danielle. They will help you.” Ujar Flow.
“Ya benar, kau tahu? Semua orang menganggapmu bodoh ataupun idiot. Karena mereka tak yakin kau akan bisa menjadi lebih baik. Berusahalah Phoe! We’ll support you.” kata-kata Kree sepertinya bisa membuat hati Phoebe tetap kuat.
“Kami harus pergi menggantikan Perrie dan Danielle, untuk piket makan siang. Bye!” Flow, Jen, dan Kree pergi meninggalkan kami.
“Hi girls. Vas happenin’ Phoe?! Let me know!” Perrie yang telah menyelesaikan tugas piketnya menghampiri kami.
“Phoe? Get some problem? Tell me, tell me.” Danielle juga terlihat heran seketika menatapku.
 “Little things, friends! Seperti biasa. Tapi berakhir baik.” Ucapku.
“I think I know. Keep patient, Phoe!” kata Danielle menyemangati Phoebe.
“Ok! Apa kita bisa memakan makanan-makanan lezat ini sekarang?” Perrie yang hobi makan, terlihat begitu tergiur dengan makanan yang sudah terhidang.
“Yes please, Perrie.” ucap kami bertiga bersamaan.

Sabtu, 22 Juni 2013

Sekedar Angan

Dahulu, butir-butir angan saling bertemu
Memperkenalkan diri di depan cerminan mimpi
Saling berbagi menikmati matahari
Mengelilingi bumi bersama bulan purnama
Setiap hati yang dimiliki semua insan 
Kala itu bermekaran

Bertahun-tahun saling mengenal
Memberi arti lewat cahaya malam
Berbulan-bulan saling memandang
Bermain di tepi pasir putih
Banyak hari terlewati
Menghadirkan kesan di saat matahari terbit

Namun sekarang ini mulai berbeda
Butiran yang telah terbiasa besama
Dipisah begitu saja oleh dunia
Hati yang saling mengikat
Terbuyar indah seperti lamunan

Meskipun satu sama lain saling menyayangi
Selalu memberi lebih dari yang dari yang dia miliki
Namun angkasa tak kunjung memberi arti
Apa maksud semua ini
Molekul penyatu itu, kini telah hancur

Hati ini berharap tak pasti
Ada rasa ingin mencegah takdir yang hadir
Tetapi daya tak terlalu mahir
Untuk memberi sejenak waktu bertatap muka

Hanya memohon kepada Tuhan
Tetap jaga hati mereka bersatu 
Berjanji di bawah sinar mentari
Tetap erat di samping daun berembun


Untuk kalian yang telah terpisah jarak denganku,
Ustadzah Niken
Teman SMP ku Daniati
My old friend Fayi

Aku, mereka, kami semua mencintai kalian

Jumat, 21 Juni 2013

Introduce The Blog

Asal kalian tahu, blog ini aku ganti url dan judulnya. Temen temen SD pasti tahu, dulu blog ini url nya adinsupersmart.blogspot.com dan judulnya Berbagi Kisah. Nah, kini aku beranjak duduk di bangku SMP. Jadi kupikir lebih baik mengedit ulang blog ini agar lebih catchy! :-D Dengan entri-entri yang kece dan lebih update disertai bahasa anak jaman sekarang, lebih mudah dipahami dan dinikmati. Karena, dulu blog ini hanya ber-entri biasa-biasa saja. Bahkan banyak sekali copas dari blog lain "hmmpt, maaf yang dulu kena copas!" tapi, semua entri jaman dulu sudah dihapus dan diganti dengan new entri.

Untuk lebih jelasnya, aku menyediakan bacaan bacaan seperti puisi, cerpen, cerbung, dan lainnya. Namun, karena masih baru, untuk saat ini masih tersedia cerbung ber-part-part dan puisi. Mungkin dengan berjalannya waktu, entri akan diisi dengan ilmu pengetahuan, dan humor *yang mungkin copas lagi* tapi akan aku usahakan untuk tidak copas.

Oh ya, teman! Entri-entri saat ini seperti puisi dan cerbung yang kalian baca ditulis oleh aku sendiri *gak pamer :p* semoga kalian bisa menikmati! Dan kuharap kalian semua suka dengan cerita dan puisi buatanku :-) Aku menyiasati mengisi entri dari file-file pekerjaan rumah (PR) dan tugas yang sudah kubuat dahulu. Nah, untuk berbagi dengan lebih banyak teman, aku mem-post nya disini! Aku ingiiin sekali cerbung dan karya-karya ku bisa di baca oleh banyak orang. Memang cita-citaku ingin menjadi penulis. Namun bagiku, penulis yang kuinginkan adalah penulis yang cuma nge-post/nge-upload tulisan/karyanya di blog, fb, twitter, tumblr, dan media social yang lain. Karena, untuk membuat buku, aku masih ragu. Lebih ringkasnya, aku suka membuat cerita sejenis FANFIC!

Mungkin segitu dulu perkenalan kita. Ohya, yang ingin berbagi, silahkan! kirim saja cerita, puisi, pengalaman kalian di e-mailku : adininkam@gmail.com. Jangan lupa disertai profile kalian seperti Nama, Sekolah, Akun, E-mail, dan lainnya. Terutama kalian yang punya kumpulan fanfic :) Kalo untuk tentang idola, sebaiknya kirimkan fanfic tentang one direction yaa hahaha :-D aku seorang directioners, lho! Tapi, kalo cerita selain fanfic, seperti halnya cerpen biasa, juga bisa! yuk cepat kirim. Beberapa orang yang aku pilih nanti, aku post cerita karangannya di blog ini! Aku tungguuu kiriman kaliaaan :) Sampai jumpa, kawaaaan!

HAHAHA! #Part1



Makan siang terasa sangat ramai. Holly membuat sesuatu yang kocak. Dia terpeleset karena menginjak sup tumpah milik Hilter yang belum sempat dibersihkan. Semua tertawa terbahak-bahak. Dan berhenti. Kecuali…
“HAHAHA!” suara tawa yang tak asing lagi kudengar. Khas sekali. Sampai-sampai kedua jari telunjuk yang menutup telinga ini tak lagi bisa menahan suara yang terdengar. Begitu juga teman-temanku lainnya yang bertepatan bersama kami sekarang.
“Phoe! Hentikan! Kami tak kuat lagi! Hentikan tertawamu kumohon!” aku yang tak kuat lagi mendengar suara tawa Phoebe pun berterian keras di samping telinganya.
“HAHAHA! HAHA! Hh hh..” Phoebe mendesah dan menghentikan tawanya. Entah karena ia lelah atau karena teriakanku. Aku tak tahu pasti.
Namun, seperti biasa apabila kami melihat Phoebe menghentikan tawanya, tak beberapa lama berselang, ia akan kembali meledakkan tawanya. Apakah sekarang ini juga demikian? Atau dia memang ingin berhenti? Aku menunggu seraya tetap menempelkan kedua jari telunjuk di telingaku. Berjaga-jaga apabila ia kembali tertawa. Dan…..
“HAHAHA! HAHAHA!” dan akhirnya, peristiwa yang sering terjadi, sekarang terjadi lagi untuk ke seribu kalinya mungkin.
Benar-benar aneh. Menurutku, manusia teraneh di dunia ini adalah Phoebe. Tak ada yang lain. Kamu, yang barusaja membaca kisah ini, mungkin sudah paham apa keanehan Phoebe. Ya, dia hobi tertawa. Mungkin yang ada dipikirannya setiap saat adalah tawa, tawa, dan tawa. Sekali terjedi kejadian lucu, sekali saja! Dia akan meledakkan tawanya bak gunung Krakatau yang meledak mengeluarkan magma dan lahar.
Karena tidak normal seperti orang biasa, tak sedikit yang menjauhi Phoebe. Akan tetapi, sebagai sahabat karibnya mulai kami berumur 4 tahun, aku, Perrie dan Danielle tetap menganggap Phoebe adalah orang yang normal-normal saja. Meskipun menurutku tidak. Kamilah dapat menutupi kegugupannya setiap kali  dia dipandang aneh oleh orang lain. Aku selalu berkata, “Tidak! Kau tidak aneh Phoe. Tertawa itu sehat. Mereka saja mungkin yang belum pernah merasakan bagaimana asiknya tertawa!”. Hanya kata-kata itu yang dapat kukeluarkan dari mulutku untuk memendam kegugupan Phoebe. Begitu juga dengan Perrie dan Danielle. Kami saling support.

Sebatang



 
Tergeletak sendiran di tepi lingkaran merah
Tersandar tak terurus di tengah kubangan hujan
Berubah pendek akibat hisapan itu
Dirimu bekas, tapi tak semua orang menganggapmu tak berguna
Dirimu ternoda bercak tanah, namun sebagian orang masih menyentuh

Di pinggir trotoar, di tengah deras hujan
Sesosok terpaku memandangmu ragu
Terlintas kerut muka bimbang
Melihat sepuntung terlentang di tepi kubangan
Menggeleng-gelengkan kepala mencoba menghindar
Seketika melirik kembali tanpa sadar

Rupanya semua orang tlah menempatkan satu kata untukmu
Candu
Hanya dengan badanmu yang kecil itu?
Hanya dengan warnamu yang seakan tak menarik itu?
Hanya dengan pelapis bungkusmu yang tak meriah itu?
Cuma dengan itu, kau dapat membisik banyak manusia
Untuk selalu bergantung hidup padamu

Meskipun dirimu tak menarik
Ukuranmu tidak begitu apik
Namun bisikanmu bak bisikan malaikat surga
Yang bisa membangunkan mereka begitu saja
Dari ikhtiar mimpi yang mereka punya

Sejenak diriku heran
Apa kelebihanmu?
Apa manfaatmu hadir dalam dunia kami?
Entah apa itu, kurasa ini semua bukan salahmu
Tapi kesalahan orang-orang yang menarikmu ke dunia mereka

Ingin diri ini menghentakkan sesuatu
Sesuatu untuk mereka
Tapi apa daya yang kupunya
Terlalu banyak orang yang menjatuhkanku ingin menyerah dari gagasan ini
Inginku berteriak melarang meraka
Inginku berseru kepada mereka
Untuk tak menyentuhmu kembali seperti dulu

Hanya mereka yang bisa melepas ikatan kecanduan itu
Hanya mereka yang dapat membersihkan noda dalam tubuh mereka
Hanya mereka yang bisa melepaskanmu, dari hayat selama mereka hidup
Berhati-hatilah hai orang pecandu dirimu

Dirimu yang mengandung bercak dosa
Dirimu yang membawa musibah penyakit mematikan
Dirimulah
Sebatang rokok

Biografi Diri



Adin, itu namaku. Kota Jember ialah kota yang sangat berkesan bagiku. Tepatnya tempat kelahiranku. Yang biasa kutulis di label TTL (Tempat Tanggal Lahir) pada biodataku layaknya seperti ini “Jember, 12 Januari 2000”. Aku berasal dari orang tua yang luar biasa hebat. Tepatnya, anak dari pasangan Zainul Muhibbin dan Emawati Dini Susanti. Ya, itu nama lengkap orang tuaku. Dibesarkan mulai dari gendongan Ibu, hingga akhirnya bisa melakukan banyak hal. Menurut cerita orang tuaku, aku tak memenuhi salah satu hal yang patut dipelajari oleh seorang bayi atau balita. Yaitu, merangkak. Setelah aku lahir, aku langsung bisa berjalan dan berbicara. Melompati satu bagian. Ya itu tadi, aku tidak merangkak. Aku langsung berjalan. Tapi toh ternyata saat aku bertumbuh besar, akuk bisa merangkak.
Usiaku semakin beranjak, 2 tahun pada saat itu aku berumur. Mama menghadirkan teman yang bisa aku ajak bermain kala aku besar nanti. Si kecil, adikku. Dio namanya.  Seorang adik laki-laki yang tak mudah ditaklukan. Seperti kakak-adik biasanya, pasti kami sering bertengkar dan beda pendapat. Yang akhirnya juga sering merepotkan orang tua. Tapi terkadang, kami dapat menciptakan kerukunan yang membuat hati orang tua menjadi tentram. Melihat kedua anaknya saling rukun dan menyayangi.
Dikala saat aku menginjak usia yang telah mencukupi untuk masuk di pendidikan Taman Kanak-Kanak, barulah aku diarahkan oleh orang tuaku. Diarahkan kepada pendidikan atau sekolah islam. Ya, meskipun meraup biaya yang tak bisa dibilang murah, orang tuaku tetap mengusahakan semua pendidikan kudapatkan adalah yang terbaik. Begitu juga adikku. Itulah alasan mengapa aku sangat mencintai orang tuaku. Karena mereka memberikan yang terbaik untukku dengan selurh pengorbanan yang harus ditanggung, maka aku juga akan menunjukan bahwa aku juga bisa member yang terbaik kepada mereka. Dengan cara memanfaatkan ilmu yang telah kudapat dengan baik dan menyimak setiap butir ilmu yang berguna bagi masa depanku.
Duduk di bangku sekolah pertama kali, menambah pengalaman baru dalam hidupku. Banyak yang kurasakan pada kala itu. Minder, malu, dan tidak percaya diri untuk bisa beradaptasi dan memperoleh banyak teman yang baik. Jadi, aku hanya menikmati hari-hari di sekolah dengan bertindak seperti biasa. Dan akhirnya, aku bisa menerima sekolahku dan teman-temanku yang bervariasi. Aku juga dapat memperoleh banyak teman yang bisa mengerti aku dengan baik. Banyak yang kukenal di kelasku, tapi entah mengapa aku hanya bisa dekat dengan dua orang. Namanya Hana dan Aik. Aik, dia juga tetanggaku. Jadi, kami bisa setiap hari bertemu. Di rumah, maupun di sekolah. Kami bisa disebut sahabat. Yang mudah-mudahan awet hingga kami dewasa nanti.
Masa kanak-kanakku berlalu dengan indah. Sekarang, aku hanya sibuk mencari Sekolah Dasar yang cocok untukku. Dan pastinya islam seperti permintaan orang tuaku. Aku menemukannya. Kalau masalah teman, aku bisa merelakan semua teman-teman TK ku pergi berpisah. Tapi, hanya kedua sahabatku yang aku tak bisa rela meninggalkannya. Aku mantap memilih Sekolah Dasar yang telah kuinginkan. Akhirnya, aku lulus tes dan diterima di sekolah itu untuk menerima pendidikan selanjutnya. Ada senang, ada sedih. Hana, masuk ke sekolah yang sama dengan sekolahku. Tapi Aik, dia memilih sekolah lain yang akhirnya kami bertiga tak dapat sering bertemu seperti dulu. Tapi, juga ada untungnya Aik menjadi tetanggaku. Aku bisa saling berkunjung ke rumahnya. Dan aku akan menjelajah kehidupan baru, di Sekolah Dasar.
Pengalamanku bertambah banyak. Hari pertama masuk SD, tak minder seperti dulu aku di masa TK. Karena, aku bisa sebangku dan sudah mengenal Hana. Tapi, aku juga penasaran dengan teman-temanku yang lain. Aku mulai berkenalan dengan yang lain. Dan di kelas satu SD, aku memiliki satu sahabat baru lagi, Nindy namanya. Jadi, sekarang hari-hariku diisi oleh sosok yang ceria seperti Hana dan Nindy. Kedua sahabatku yang sangat aku sayangi.
Kelas satu tlah berlalu. Saatnya aku menikmati kehidupanku di kelas dua yang juga tak lama aku jalani. Akhirnya saat aku duduk di kelas tiga, aku mendapat banyak pengalaman. Sahabat baru, dan club baru. Aku tergabung dengan club KIA (Karya Ilmiah Anak) di sekolah. Aku bertemu dengan sosok-sosok hebat yang aku kenal di kelasku. Dan akhirnya kami berdelapan sering menjalani hari bersama. Dari adanya club KIA yang mempertemukan kami. Hanya satu yang menarik perhatianku untuk dijadikan sahabat. Nahdia namanya, jadi kami berempat bersahabat sampai diujung perjalanan. Kelas enam.
Kelas enam. Adalah ujung perjalanan kami di SD. Yang pada akhirnya akan dilanjutkan di jenjang yag lebih tinggi, SMP. Aku masih berkawan baik dengan tiga sahabatku. Merekalah Nahdia, Hana, dan Nindy. Kelulusan kami berakhir dengan baik. Dengan hasil yang tentu memuaskan. Dan waktunya kami berpisah menjadi diri kami sendiri di SMP nanti.
Nahdia dan Hana harus kulepas dengan berat. Mereka masuk SMP yang berbeda denganku. Hanya Nindy yang satu sekolah denganku. Aku sedikit lega dan senang karena hal tersebut. Kami melalui pejalanan di SMP ini dengan lancar. Dengan teman baru, dan pengalaman berbeda yang pernah kualami. Dan di usiaku yang sekarang ini, aku menulis biografi diriku.